Obrolan DIAR3 : Pengenalan Tokoh | Zikalau Obrolan DIAR3 : Pengenalan Tokoh - Zikalau

Zikalau

Kumpulan artikel yang Menginspirasi, Islami, juga Menghibur.

Obrolan DIAR3 : Pengenalan Tokoh

DIAR3 adalah singkatan dari Danu Irfan Aji Raka Reza dan Rizal

Pengenalan Tokoh
Danu… Pemuda tampan dengan postur atletis dan wajah yang dijamin dapat memikat banyak wanita. Namun sedikit polos dan begitu mencintai kekasihnya, Fitri.
Fitri… Wanita yang sedikit manja namun egois, sedikit sensitif dan arogan. Namun juga begitu mencintai kekasihnya, Danu.
Reza… Pria dengan hobi mengganggu kehidupan orang. Bersama 2 temannya Irfan dan Rizal, mereka telah mencampuri dan mengganggu kehidupan banyak orang di kota A. Baik itu kehidupan keluarga, asmara, ataupun bisnis. Bahkan kehidupan yang berprivasi tinggi sekalipun.
Irfan… Pria ini memiliki hobi yang sama dengan rekannya, Reza. Entah memang benar-benar hobi atau karena sindrom tertentu. Dia selalu menjadi tangan kanannya Reza.
Rizal… Dari awal tidak berniat ingin mengganggu kehidupan orang lain. Akan tetapi atas desakan 2 rekannya itu, ia terpaksa mengikuti aksi nakal kedua rekannya.
Aji/Ani… Kalau siang namanya Aji, dan malam namanya Ani. Tapi untuk alasan tertentu, ia dapat bertahan menjadi Ani dalam jangka waktu yang cukup lama.
Narrator : Pagi yang cerah di kota A, dengan hembusan angin sepoi-sepoi, kicauan burung-burung bernyanyi riang, dan lalu lintasnya yang terlihat lebih sepi dari biasanya. Namun latar drama kali ini bertempat di sebuah taman di kota A, ketika itu terlihat Danu dan Fitri sedang duduk-duduk sambil menikmati pagi mereka berdua.
Danu : “(sambil senyum-senyum ga jelas) Hmm… Sayang, apa kabar kamu hari ini?”
Fitri : “(menjawab dengan sedikit centil) Ah, iya sayang… Aku baik kok hari ini.”
Danu : “(senyum-senyum lagi) Hihi… Adik kamu juga baik?”
Fitri : “ (masih bersikap centil) Hmm… Iya sayang, adik ku juga baik.”
Danu : “(masih seperti tadi) Nah, kalau orangtua kamu? Baik juga kah?”
Fitri : “(wajahnya mulai memerah) Iya sayang orangtuaku baik-baik aja. Memangnya ada apa kamu nanya gitu?”
Danu : “Hehe ga papa kok sayang, aku cuma nanya aja. (sambil memasang ekspresi tak bersalah dan kembali bertanya) Terus, kakak kamu baik juga?”
Fitri : “Ih, kamu kepo deh… (sambil memalingkan wajahnya dari Danu)”
Danu : “Maaf sayang, aku ga bermaksud begitu. Tolong kamu jangan marah.”
Fitri : “Aku ga peduli. Pokoknya aku marah!”
Danu : “Lho, kok kamu gampang marah gitu? (mulai serius)”
Fitri : “(dengan santainya menjawab) Memangnya kamu peduli?”
Danu : “Iya sayang, aku peduli sama kamu. Bukankah kita pernah berjanji dibawah pohon duren dan disaksikan oleh burung-burung yang melihat kita? Kita pernah berjanji akan selalu setia meskipun kamu jamuran dan aku korengan. Apa kamu ingat dengan janji itu sayang? (mulai dramatis)”
Fitri : (kembali menghadapkan wajahnya ke arah Danu) Sayang, aku tahu kamu benar-benar peduli sama aku, aku tahu kamu serius sama aku. Tapi please deh, ga usah lebay juga dong! Aku ga pernah tuh ngerasa buat janji sama kamu dibawah pohon duren. Lagipula, kulit aku kan mulus, ga ada jamurnya. (semakin kesal)”
Danu : “Oh, jadi gitu? Sekarang kamu sudah lupa dengan janji-janji manis kita dulu? Aku kecewa sama kamu! (sambil memasang mimik memelas dihadapan Fitri)”
Fitri : “Aku ga lupa kok. Memang kita ga pernah buat janji! (mengukuhkan pendapatnya)”
Danu : “Ada apa dengan kamu sayang? Mengapa hanya dengan hal sepele seperti ini kita harus bertengkar?”
Fitri : “(masih dengan nada serius) Kamu ga pernah ngerti aku!”
Danu : “Aku selalu ngerti kamu kok sayang. Tapi kamu yang selalu bersikap egois, dan harus selalu aku yang mengalah. Aku benci dengan sikap kamu itu!”
Fitri : “Terserah kamu! Aku lebih baik pulang.”
Danu : “Oke, fine! Kalau itu yang kamu mau, pulang saja sendiri. Dan jangan harap aku mau mengantarkan kamu pulang. (menjawab dengan nada tinggi)”
Narrator : Fitri pun berlari menjauh dari Danu dengan air matanya yang terus mengalir bak tanggul air yang bocor. Terlihat Fitri memanggil seorang tukang becak untuk mengantarkannya pulang. Sementara itu, Danu masih terdiam di taman sambil memikirkan apa yang telah ia ucapkan kepada kekasihnya tersebut. Danu sedikit menyesal atas apa yang telah ia perbuat beberapa waktu lalu.
Tak lama kemudian, secara disengaja datanglah 3 teman Danu yang reputasinya dikenal tidak cukup baik. Meskipun mereka terlihat bodoh, namun telah banyak kekacauan di kota A yang didalangi oleh mereka. Selain itu, mereka juga dikenal sebagai orang-orang yang hobi menjaili orang. Mereka bertiga masing-masing bernama Reza, Irfan, dan Rizal. Terlihat mereka mendekat menghampiri Danu yang sedang dilanda galau.
Irfan : “Hey, bro! Kenapa dengan wajahmu? Kau terlihat murung.”
Reza : “Yoi… Kalau lu punya masalah, cerita sama kita. Mungkin saja kita bisa bantu.”
Rizal : “Setuju! (sambil mengacungkan jempol)”
Danu : (berpikir sejenak, kemudian menjawab) Hmm… Apa mungkin kalian bisa membantuku?”
Reza : “Eh, lu jangan remehin kita! Meskipun kita suka mengacau, kita pasti tetap bantu teman yang kesusahan. Yoi ga bro? (memandang kepada Irfan dan Rizal)”
Irfan : “Betul bro… (dengan senyuman penuh rahasia)”
Rizal : “Setuju!”
Narrator : Akhirnya Danu pun termakan oleh bualan tiga temannya yang tak bertanggung jawab tersebut. Dengan sedikit ragu-ragu, dia pun menceritakan apa yang menjadi faktor ke-galau-an nya kala itu.
Danu : “Jadi begitu teman-teman. Akhir-akhir ini Fitri memang lebih sensitif dan gampang marah. Aku pun tidak mengerti alasannya bersikap begitu karena apa. Tapi aku khawatir terhadap kelangsungan hubungan kami.”
Narrator : Terlihat ada senyuman-senyuman nakal antara 3 temannya itu. Mungkin mereka memiliki maksud tertentu.
Irfan : “Hmm… Gawat bro. Ini sudah sangat gawat.”
Danu : “Apa maksudmu sudah gawat? (timpal Danu)”
Irfan : “Sebelumnya maaf bro. Tapi sesuai dengan buku yang aku baca mengenai masalah asmara, jika seorang wanita sudah mulai sensitive dan gampang marah, bisa jadi itu tanda-tanda bahwa dia sudah bosan denganmu. (mulai memprovokasi)”
Reza : “Yap! Itu benar sekali bro. Kakek gue juga pernah cerita, dulu saat kakek dan nenek gue remaja, ketika nenek gue mulai bosan sama kakek gue, beliau bertingkah seperti itu hingga akhirnya mereka pisah. Tapi karena cinta kakek gue yang benar-benar tulus, kakek gue rela sampai sekarang masih perjaka. (nah, lho!)”
Danu : “Eh? (bingung). Tapi ga mungkin Fitri seperti itu. Dia adalah perempuan yang paling setia bagiku. Dan kami bahkan sudah berniat untuk melanjutkan ke jenjang pernikahan. (membela kekasihnya)”
Irfan : (sedikit memutar otak untuk melancarkan aksinya)
Tapi anu.. anu... em.. Memangnya kau yakin dia itu pasti menjadi jodohmu? Bukankah jodoh itu sudah diatur oleh Tuhan? (berkilah)”
Reza : “Sudahlah… Masih banyak perempuan lain yang lebih baik daripada dia. Kita ini laki-laki, jangan kalah dengan satu perempuan! (semakin meyakinkan)”
Rizal : “Yap, setuju!”
Danu : “(menghela nafas panjang) Setelah kupikir-pikir, mungkin apa yang kalian bicarakan ada benarnya juga. Lantas, apa yang harus kulakukan selanjutnya?”
Narrator : Ketiga pengacau tersebut kembali tersenyum kecil memberi kode kepada masing-masing dari mereka. Betapa senangnya hati mereka karena telah berhasil membuka pintu untuk menjaili temannya tersebut.
Irfan : “Mudah saja. Yang harus kau lakukan hanya mengakhiri hubunganmu dengan dia, dan mulailah mencari yang lebih baik di luar sana.”
Danu : “Ta..Ta..Tapi…”
Reza : “Tidak ada tapi-tapian. Buktikan lu mampu dapat yang terbaik. Putuskan dia!
Rizal : “Putuskan!”
Narrator : Terlihat mimik kekecewaan dari wajah Danu. Terasa berat baginya meninggalkan kekasihnya yang telah lama bersamanya. Apalagi jika mengingat memori-memori lama ketika mereka baru memulai kisah cinta mereka. Namun kembali terbesrit perkataan 3 temannya itu di benaknya, sehingga ia pun memilih untuk memutuskan hubungannya dengan kekasihnya dan menerima semua konsekuensinya.
Danu : “(menghela nafas panjang untuk yang kedua kalinya) Baiklah! Perkataan kalian mungkin ada benarnya. Saat ini juga aku akan mengutarakan maksudku pada Fitri.
Irfan : “Sip! Itu baru laki-laki.”
Reza : “Yoi… Pilihan bijak bro.”
Rizal : “Setuju!”
Narrator : Haripun semakin mendekati siang. Sementara trio pengacau sedang tertawa-tawa dengan apa yang telah mereka perbuat, terlihat Danu sedang resah sambil mondar-mandir menunggu panggilan telepon nya diangkat oleh Fitri.
Selang beberapa detik, panggilannya pun diangkat oleh Fitri yang sedari pagi masih menangis tersedu-sedu di kamarnya.
Danu : “Halo, sayang…”
Fitri : “(dengan sedikit menahan suara tangisannya, Fitri menjawab)
Iya, halo…”
Danu : “Hmm… Maaf ya, menurutku kita sudah ga ada lagi kecocokan. Daripada kaya gini terus, aku lebih baik mundur sebagai kekasih kamu.”
Fitri : “Lho, maksud kamu apa?”
Danu : “Maksudku, kita putus.”
Narrator : tut..tut..tut… Belum sempat Fitri berkata apa-apa, panggilan pun lansung diputus oleh Danu dengan alasan agar tidak ada lagi adu mulut antara mereka.
Setelah tuntas urusannya dengan Fitri, kebali Danu menghampiri trio pengacau.
Reza : “Gimana bro? Fitri udah lu putusin?”
Danu : “Udah barusan.”
Irfan : “Bagus! Itu juga demi kebaikanmu bro.”
Danu : “Yap, semoga saja. Sekarang apa rencana kalian?”
Reza : “Tenang aja, kita punya rekomendasi buat lu.”
Danu : “Rekomendasi? Rekomendasi apa?”
Irfan : “Yoi… Jadi gini, kita punya kenalan perempuan yang juga lagi cari jodoh. Ayahnya orang Jerman dan ibunya asli Solo. Orangnya cantik, putih, dan tidak ada jenggotnya. Hehe”
Reza : “Haha bener tuh… Gimana, lu mau ga? Nanti kita yang atur pertemuannya. Oh ya, tadi lu bilang mau nikah kan? Pas banget, perempuan yang satu ini juga lagi cari jodohnya untuk diajak serius ke pernikahan.”
Rizal : “Betul!”
Danu : “Oke, aku coba. Kapan bisa ketemu?”
Irfan : “Bisa diatur. Besok jam 9 pagi, kita datang ke rumahmu bersama perempuan yang kami ceritakan.”
Danu : “Baiklah, aku tunggu.”
Narrator : Setelah melewati hari yang cukup melelahkan, Danu dan trio pengacau pun pulang ke rumah mereka masing-masing.
Singkat cerita, keesokan harinya pada pukul 8.30, Danu sudah standby di kursi depan rumahnya menunggu calon kekasih baru nya datang. Selain baju yang serba rapi, tak lupa Danu menyemprotkan wangi-wangian ke seluruh tubuhnya termasuk wajahnya. Dia berpikir dengan begitu mungkin saja perempuan akan lebih tertarik lagi dengannya.
Tepat pukul 9 pagi sesuai yang dijadwalkan, trio pengacau datang dengan seorang gadis berperawakan seksi dengan kulit putih mulus tanpa ada bulu-bulu yang menghiasi tangan dan kakinya (seperti di iklan Veet), namun sayangnya wajah perempuan tersebut tertutup oleh cadar yang sengaja ia gunakan untuk menutupi wajahnya di depan pria.
Melihat itu, Danu pun terpesona dengan apa yang ia lihat. Tanpa sadar ia pun kembali merasakan jatuh cinta untuk yang kedua kalinya.
Irfan : “Eh, bro.. Gimana, cantik kan? (sambil menunjuk ke arah wanita tersebut dan pantas saja wanita itu pun tersipu malu)”
Danu : “Sungguh indah dunia jika ada dia disini.”
Reza : “Haha… Sabar dulu dong! Lebih baik kalian kenalan dulu, sebelum kalian melanjutkan ke hubungan yang lebih serius.”
Narrator : Tanpa ada sedikit ragu, Danu memulai pembicaraan dengan wanita tersebut. Terlihat tidak ada rasa canggung antara mereka sebagaimana layaknya orang yang baru memulai hubungan. Sementara itu, trio pengacau terlihat asik cekikikan di sudut teras Danu yang lain.
Danu : “Hmm… Aku Danu. Boleh aku tau namamu wahai bidadari surga?”
Aji/Ani : “(menjawab dengan nada tinggi) Aji… Eh, Ani mas… (kembali bernada rendah layaknya perempuan)”
Danu : “Wah, sungguh indah dan merdu suaramu Ani.”
Aji/Ani : “Ah, mas bisa aja. Suaraku tak seindah itu kok mas. (berlaku centil)”
Danu : “Aku serius Ani, suaramu memang indah seperti orangnya.”
Aji/Ani : “(sambil bertingkah manja) Mas baik deh. Jarang-jarang lho ada yang mau memuji aku.”
Danu : “Itu karena mereka tidak bisa melihat keindahan dalam dirimu, Ani.”
Narrator : Sementara mereka sedang asyik membangun chemistry, di tempat lain tepatnya di rumah Fitri, terlihat Fitri sedang resah memikirkan pujaan hatinya itu. Meskipun Danu telah memutuskannya kemarin, Fitri tetap merasa bahwa kemarin Danu tidak serius berkata demikian, dan itu mungkin saja disebabkan karena faktor emosi Danu yang sedang naik dan tidak bisa terbendung. Maka dari itu, Fitri memutuskan pergi ke rumah Danu untuk membicarakan kembali tentang hubungan mereka dan berharap bisa tetap dipertahankan. Sambil membawa satu rantang penuh gulai ayam yang sengaja telah ia masak terlebih dahulu untuk kekasihnya yang memang sangat suka dengan gulai daging ayam.
Singkat cerita, Fitri sampai di rumah Danu. Namun betapa kagetnya Fitri ketika melihat Danu sedang bermesraan dengan perempuan lain yang bahkan ia pun tidak mengenalnya. Suasana hening, dan seketika itu pula rantang yang ia bawa pun jatuh secara dramatis (seperti di sinetron).
Danu dan yang lainnya pun sadar atas kedatangan Fitri. Namun apa mau dikata, Danu pun sudah terlanjur jatuh cinta lagi dengan kekasih barunya. Sementara itu, trio pengacau hanya menjadi penonton yang baik kala itu.
Fitri : “Ternyata ini alasan kamu ninggalin aku. (sambil menangis kecewa) Aku benci sama kamu Danu! (beranjak kembali pulang)”
Danu : “Silahkan! Aku sudah punya yang lebih baik dari kamu. (berteriak)”
Aji/Ani : “Siapa itu mas?”
Danu : “Bukan siapa-siapa. Hanya pengganggu kecil.”
Narrator : Begitulah kisah awal hubungan Danu dan kekasihnya yang baru. Namun setelah 3 bulan masa berpacaran, Danu belum pernah melihat wajah asli calon istrinya tersebut. Karena setiap kali bertemu, kekasihnya selalu tampil dengan cadar yang menutupi wajahnya.
Singkat cerita, merekapun sepakat untuk menuju ke pelaminan. Pesta pernikahan mereka digelar megah dengan menampilkan hiburan yang cukup menguras hasil tabungannya yang tadinya ingin digunakan untuk pernikahannya dengan Fitri. Namun ia merubah nasibnya dengan menikahi Ani.
Akhirnya tibalah malam pertama yang ditunggu-tunggu oleh Danu. Karena akhirnya ia dapat melihat bagaimana wajah sebenarnya dari istrinya.
Danu : “Sayang, boleh ya aku buka cadarmu? (dengan nada lembut)”
Aji/Ani : “Tapi…”
Danu : “Tapi apa sayang? (bertanya penasaran)”
Aji/Ani : “Hmm… Apa mas yakin ingin melihat wajahku?”
Danu : “Tentu saja sayang. Aku sudah memimpikannya sedari dulu kita bekenalan. Dan aku yakin pasti wajahmu secantik suaramu.”
Aji/Ani : “Baiklah jika itu maumu. Silahkan kamu buka cadarku, tapi tetap cintai aku dengan setulus hati kamu.”
Danu : “Tentu sayang. Aku akan mencintaimu apa adanya, itu janjiku.”
Narrator : Dengan semangatnya Danu mulai membuka cadar istrinya, namun tetap dengan perlahan. Akan tetapi, betapa kagetnya Danu saat ia membuka cadar istrinya yang selama ini ia anggap cantik ternyata memiliki kumis dan berwajah pria.
Danu : “Tidaaaaaaaakkk……………..”
Narrator : Seketika itupun Danu pingsan dan dilarikan ke RS terdekat.
Semenjak itu pula hingga 2 tahun kedepan tepatnya sekarang, Danu masih terganggu jiwanya dan tinggal di RSJ Sumber Kalap di kota A. Sementara itu, Fitri sudah menikah dan dikaruniai satu orang putri berumur 1 tahun. Sedangkan Reza, Irfan dan Rizal memilih berhenti mengganggu kehidupan orang lain dan menjadi orang yang lebih baik, berguna, dan bisa diandalkan. Tentang Ani atau lebih tepatnya terlahir dengan nama Aji, ia kembali menjalankan profesi lamanya sebagai waria penata rambut di sebuah salon sederhana di kota A.
Hikmah dari cerita tersebut :
Ketika kita mencintai seseorang dengan tulus, masalah atau konflik yang terjadi bukanlah alasan untuk mengakhiri hubungan. Konflik akan selalu ada baik itu dalam hubungan keluarga, persahabatan, maupun bisnis. Itu semua tergantung dari cara kita menanggapinya. Hadapi baik-baik, karena sebenarnya konflik hanya sedikit ujian dari banyaknya ujian hidup yang Tuhan berikan.
Dan jangan terlalu memandang orang dari luarnya saja. Bisa jadi yang menurut kita baik, ternyata tidak baik. Begitupun sebaliknya, yang menurut kita tidak baik, ternyata baik. Dalam hidup, banyak hal yang perlu dipertimbangkan. Maka hiduplah dengan bijak.

Penulis : Rizal Asqi
Image By: Reza YP



0 Komentar untuk "Obrolan DIAR3 : Pengenalan Tokoh"