Salat Istikharah adalah salat sunnat yang dikerjakan untuk meminta petunjuk Allah oleh mereka yang berada di antara beberapa pilihan dan merasa ragu-ragu untuk memilih atau saat akan memutuskan sesuatu hal. Spektrum masalah dalam hal ini tidak dibatasi. Seseorang dapat salat istikharah untuk menentukan dimana ia kuliah, siapa yang lebih cocok menjadi jodohnya atau perusahaan mana yang lebih baik ia pilih. Setelah salat istikharah, maka dengan izin Allah pelaku akan diberi kemantapan hati dalam memilih.
Berikut ini Adalah Tata Cara Shalat Istikharah :
Tata cara solat istikharah lebih kurang sama dengan solat subuh, Hanya niatnya saja yang berlainan, iaitu berniat solat istikharah. dilaksanakan sebelum tidur ataupun setelah bangun tidur. Sangat baik dilakukan sesudah lewat tengah malam disaat sunyi, supaya hati lebih khusyuk dalam mengemukakan permohonan kepada Allah. Solat ini sangat peribadi sifatnya. Sebab itu harus dikerjakan sendirian. Solat ini tidak memakai azan atau iqamah.
Lafaz niat :
أُصَلِّي سُنَّةَ اْلإِسْتِخَارَةِ رَكْعَتَيْن لِلَّهِ تَعَال
Ushalli Sunnatal Istikharaati Rak’ataini Lillahi Ta’aalaSahaja Aku sembahyang sunnat istikharah 2 rakat tunai kerana Allah Ta’ala
Atau Beberapa Ulama berpendapat tidak perlu mengucapkan niat, namun niat yang dimaksud adalah niat didalam hati bahwasanya kita hendak melaksanakan sholat sunnah istikharah, karena allah maha tahu apa yang akan kita kerjakan, So terserah anda mau menggunakan Lafat dihati atau dibaca.
Rakaat pertama :
Baca surah Al-fatihah dan surah Al-kafirun
Rakaat kedua :
Baca surah Al-fatihah dan surah Al-ikhlas
Selepas salam, bacalah doa yang disarankan dalam istikharah.
Dalam berdoa sebaiknya menyebutkan permintaan yang ingin diberikan petunjuk oleh Allah s.w.t. misalnya: “Ya Allah, jika hal ini….(sebutkan namanya)”
Doa Istikharah :
Setelah selesai solat, berdoa seperti yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW:
Allaahumma inni astakhiiruka bi’ilmika, wa astaqdiruka biqudratika wa as aluka min fadhlikal azhiim. Fa innaka taqdiru wa laa aqdiru, wata’lamu wa laa a’lamu, wa anta allaamul ghuyuub.
Allaahumma inkunta ta’lamu anna haadzal amra khairun lii fii diinii wama’aasyii wa ‘aaqibati amrii, ‘aajili amrii wa aajilihi faqdurhu lii wa yassirhu lii tsumma baarikliifiihi. Wa inkunta ta’lamu anna haadzal amra syarrun lii fii diinii wa ma’aasyii wa ‘aaqibatu amrii ‘aajili amrii wa aajilihi fashrif annii washrifni ‘anhu waqdur liyal khairahaytsu kaana tsumma ardhinii bihi, innaka ‘alaa kulli syai-in qadiir
اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْتَخِيْرُكَ بِعِلْمِكَ، وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ، وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ الْعَظِيْمِ، فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلاَ أَقْدِرُ، وَتَعْلَمُ وَلاَ أَعْلَمُ، وَأَنْتَ عَلاَّمُ الْغُيُوْبِ. اَللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا اْلأَمْرَ -وَيُسَمَّى حَاجَتَهُ- خَيْرٌ لِيْ فِيْ دِيْنِيْ وَمَعَاشِيْ وَعَاقِبَةِ أَمْرِيْ فَاقْدُرْهُ لِيْ وَيَسِّرْهُ لِيْ ثُمَّ بَارِكْ لِيْ فِيْهِ، وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا اْلأَمْرَ شَرٌّ لِيْ فِيْ دِيْنِيْ وَمَعَاشِيْ وَعَاقِبَةِ أَمْرِيْ فَاصْرِفْهُ عَنِّيْ وَاصْرِفْنِيْ عَنْهُ وَاقْدُرْ لِيَ الْخَيْرَ حَيْثُ كَانَ ثُمَّ أَرْضِنِيْ بِهِ
Artinya :“Ya Allah, aku memohon petunjuk memilih yang baik dalam pengetahuanMu, aku mohon ditakdirkan yang baik dengan kudratMu, aku mengharapkan kurniaMu yang besar. Engkau Maha Kuasa dan aku adalah hambaMu yang dhaif. Engkau Maha Tahu dan aku adalah hambaMu yang jahil. Engkau Maha Mengetahui semua yang ghaib dan yang tersembunyi.
“Ya Allah hamba memohon agar Tuhan memilihkan mana yang baik menurut Engkau Ya Allah. Dan hamba memohon Tuhan memberikan kepastian dengan ketentuan-Mu dan hamba memohon kemurahan Tuhan yang Besar lagi Agung karena sesungguhnya Tuhan yang Berkuasa sedang hamba tidak tahu dan Tuhanlah yang amat mengetahui segala sesuatu yang masih tersembunyi.
Ya Allah, jika Tuhan mengetahui, bahwa persoalan ini baik bagi hamba, dan baik pula akibatnya bagi hamba, maka berilah perkara ini kepada hamba, dan mudahkanlah ia bagi hamba, kemudian berikanlah keberkahan bagi hamba, dan penghidupan hamba, dan jika tidak baik akibatnya bagi hamba, maka jauhkanlah ini dari hamba dan jauhkanlah hamba dari padanya. Dan berilah hamba orang yang rela atas anugrah-Mu.”
Keutamaan shalat istikharah :
Ada hadits nabi yang dikutip dari Jabir bin ‘Abdillah ra. dimana beliau berkata yang artinya:
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, mengajari kami shalat istikharah dalam setiap perkara atau urusan yang kami hadapai, sebagaimana beliau mengajarkan kami suatu surah dari Al-Quran. Beliau berkata, “Jika salah seorang di antara kalian berniat dalam suatu urusan, maka lakukanlah shalat dua raka’at yang bukan shalat wajib, kemudian berdoalah…” HR. Al-Bukhari.
Hadits diatas adalah hadits yang penting. Di dalamnya Rasulullah mengajarkan kepada umatnya untuk selalu mengembalikan urusan kepada Allah jika menemui perkara atau permasalahan. Caranya adalah dengan sholat Istikharah. Mengenai tata caranya, tidak berbeda dengan sholat yang lain, hanya pada niatnya yang berbeda. Kali ini akan kita bahas dua hal yang kami tebalkan diatas.
Yang pertama adalah bahwa Rasulullah mengajarkan sholat istikharah dalam setiap perkara atau urusan. Jadi adalah tidak benar bahwa ada anggapan bahwa sholat istikharah hanya dilakukan ketika ada urusan yang meragukan saja.
Yang kedua, sebagian dari orang salah paham dalam melaksanakan sholat Istikharah, dimana mereka melakukannya pada saat masih ragu akan suatu pilihan. Padahal ini kurang tepat, seharusnya orang yang telah mantap hatinya dalam mengambil keputusanlah yang melakukan sholat istikharah. Arti kata berniat itu tidak sama dengan menghadapi. Berniat berarti telah memiliki keputusan.
Lantas apa gunanya melakukan sholat istikharah saat sudah mantap dengan satu keputusan?
Jawaban ini kebetulan didapatkan dari penjelasan Ustadz Aris Munandar dalam sebuah sesi kajian rutin pagi. Beliau menuturkan ada dua alasan dalam hal tersebut, yakni:
- Jika seorang telah mantap dengan suatu urusan, maka ia memohon kepada Allah agar urusan tersebut baik dan diridhoi Allah dan Allah bisa mempermudah jalannya untuk urusan tersebut.
- Namun jika perkara tersebut ternyata tidak baik baginya, Allah akan datangkan penghalang dan pencegah baginya sehingga ia tak bisa melaksanakan urusan tersebut.
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” QS. Al-Baqarah: 216
Manusia telah diberi anugrah oleh Allah berupa akal pikiran. Oleh karena itu dalam memutuskan suatu masalah hendaknya manusia menggunakan akalnya terlebih dahulu. Setelah mantap terhadap satu keputusan berdasarkan pertimbangan akal, maka baru meminta bantuan kepada Allah untuk ditunjukkan jalan. Allah Maha Mengetahui, sehingga hanya kepadaNya kita meminta bantuan. Semoga bermanfaat.
Sumber : http://eduside.blogspot.com & http://dhajisf.blogspot.com
0 Komentar untuk "Keutamaan dan cara shalat istikharah "